7 Kalimat yang Tidak Perlu Diucapkan pada Orang Depresi



Tiba-tiba ada teman datang dan berkeluh, sudah lelah, nggak ingin ngapa-ngapain dan ingin mati saja. Merasa hampa, tidak bisa senang, tidak juga merasa sedih dan ga tau apa yang dipingin. Jika begitu mungkin teman tersebut mengalami gejala depresi. Belum tentu seratus persen depresi, tapi bisa jadi iya.

Kita sering kali bingung bagaimana harus berespon. Memikirkan serangkaian kata-kata indah berharap bisa menenangkan dan membuat dia lebih baik. Bahkan juga mempersiapkan ayat-ayat kitab suci yang seolah bisa menjadi obat penenang. 

Berikut kata-kata yang banyak orang pikir menjadi kalimat penenang tetapi justru sebenarnya kurang tepat jika diucapkan:

  1. "Yang sabar ya, kamu harus kuat."
    Kata-kata paling mainstream yang pernah ada. Bisa bayangkan, berapa kata sabar yang udah dia dengar selama ini, dan faktanya kesabaran saja ga bakal bisa merubah terlalu banyak hal. Dan juga dia pasti sudah bertahan sekuat tenaga sejauh ini. Berjuang melawan depresi bukan hal yang mudah, depresi itu seolah menggerogoti tubuh penderitanya dan semakin lama rasanya ingin mati saja. Kalau dia masih bisa bertahan hingga sekarang itu bukan hal yang mudah dan itu bukan hal yang bisa dilakukan oleh semua orang. Pujilah dia, katakan bahwa ia hebat bisa menanggung semua ini hingga sekarang.

  2. "Semua orang juga menjalani kesulitan, bukan hanya kamu."
    Pasti sangat kesal rasanya direspon seperti ini. Rasanya ia tidak berhak untuk mengtakan bahwa ini sulit. Tentu semua orang mengalami kesulitan, dan mungkin menurut anda banyak orang yang lebih sulit keadaannya daripada dia. Mungkin anda berpikir "gitu aja dijadiin masalah, baru gitu aja udah lelah". Ingat bahwa setiap orang punya tingkat kesulitan masing-masing, setiap orang punya tingkat ketahanan yang berbeda. Jangan bandingkan kesulitan teman anda yang ini dengan teman anda yang lain. 

  3. "Bersyukur, jangan mengeluh terus."
    Tidak ada yang salah dengan kalimat yang ini. Kehidupan akan jauh lebih baik, lebih ringan jika kita selalu bersyukur. Tapi rupanya kalimat ini tidak cukup tepat untuk dilontarkan pada teman sahabat sodara kita yang mengalami depresi. Bagi sebagian orang yang mengalami depresi, tidak mudah baginya untuk menceritakan keadaannya bahkan pada orang-orang terdekat. Untuk bercerita mereka sering kali juga takut bahwa terkadang respon orang yang kurang tepat justru memperburuk keadaan. Nah ketika ada orang yang sudah berani bercerita kepada anda, hargailah mereka. Bisa dibayangkan jika mereka sudah memberanikan diri untuk bercerita, terus malah dikatain jangan mengeluh. Dia ga mau ngeluh, dia hanya bermaksud untuk cerita, tapi karena depresnya jadi mungkin nadanya seperti berkeluh. Namun memang mungkin sebagian orang juga benar-benar sedang berkeluh, dan memang anda adalah orang yang dia anggap nyaman, tampunglah saja keluh kesahnya. Bisa dibayangkan orang yang sudah memberanikan cerita malah dibilang jangan mengeluh terus. Bisa jadi orang itu tidak mau lagi datang untuk bercerita kepada kita, dan keadaan akan semakin buruk.

  4. "Aku juga pernah depresi kok, aku tau rasanya."
    Mencoba memakai sepatu orang tersebut, bukan mencoba memikirkan apa yang akan kita lakukan atau rasakan jika kita berada diposisi orang tersebut. Empati adalah tentang perasaan orang tersebut, bukan apa yang kita rasa baik baik bagi orang tersebut. Maka dari itu yang terpenting adalah jangan sok tau dengan keadaan orang tersebut. Lebih baik katakan:
    "It must be really hard for you, you have endured it well"
    "I might don't know how hard it is for you, but one thing you need to know that I will always by your side"

    atau dari pada "tau" mungkin lebih baik anda berkata "aku memahamimu, aku mengerti"
    Bagi sebagian anda yang benar-benar pernah mengalami depresi, mungkin anda memang benar tahu rasanya. Tapi bagi sebagaian anda ada yang bahkan hanya mengatakan "saya depresi" karena tekanan sesaat. Jadi jika anda tidak yakin tahu betul perasaannya, jangan seakan-akan tahu. Katakan anda tidak tahu, namun anda bersedia menemaninya dalam masa sulit ini.

  5. "Sesekali keluar, jangan murung di rumah terus."
    Tidak semudah itu keluar dan menghadapi dunia luar bagi orang depresi. Untuk makan, mandi, tidur, bangun tidur saja adalah sebuah perjuangan bagi dia. Jika memang keadaan memungkinkan cobalah, anda mengajaknya keluar, jangan hanya nyuruh-nyuruh keluar tapi saat itu juga ajaklah keluar. Temanilah ia keluar rumah.

  6. "Kamu kurang beriman."
    Siapakah anda sehingga berhak menghakimi iman seseorang? Bagaimana anda bisa menilai iman seseorang, bahkan iman anda sendiri saja anda tidak tahu seberapa besarnya? Fakta bahwa iman adalah sesuatu yang tidak keliahatan, sesuatu yang tidak nampak, tidak bisa dinilai dengan perbuatan, tingkah laku, sikap, bahkan oleh orang terdekat. Iman adalah urusan personal kita dengan Allah. Atau mungkin anda mengatakan "Kamu kurang berdoa, kurang beribadah". Apakah anda tidak pernah melihat pemimpin agama yang mengalami depresi? Apakah anda belum pernah mendengar aktivis gereja yang depresi? Apakah mereka kurang berdoa? Kurang beribadah? Sementara hidupnya dihabiskan di gereja? Bagaimanakah dengan kisah Nabi Elia yang depresi? Belum pernahkan anda membaca kisahnya? Jadi apakah Nabi Elia kurang beriman, kurang berdoa, kurang beribadah? Jadi sebaiknya jangan terburu-buru mengkaitkan masalah psikis dengan iman. Berdoa 20x seharipun tidak bisa membuat orang terbebas dari depresi. Meski bisa saja Tuhan menggunakan cara itu untuk menyembuhkannya. Tetapi Tuhan tidak hanya menggunakan "cara rohani" untuk menyembuhkan seseorang, sehingga sangat mungkin Tuhan memakai cara-cara sekuler untuk menyembuhkan orang tersebut.

  7. "Katanya ingin bunuh diri, kok nggak mati-mati?"
    Saya paham mungkin anda kesal dengan orang yang mengluhkan ingin mati ingin mati tapi ga mati-mati. Bagi anda mungkin bunuh diri adalah keputusan bodoh, keputusan orang lemah, tapi hati-hatilah berkata-kata karena bagi orang yang mengalami depresi bunuh diri adalah jalan keluar. Jalan keluar yang dapat menyelesaikan semua masalahnya secara instan, ketika tidak ada lagi orang yang mendengarkannya, ketika sepertinya tidak ada orang lagi dipihaknya, sepi sendiri, hampa. Ingatkah anda bahwa Nabi Elia juga pernah ingin mati? Elia tiduran di bawah pohon arar dan berkata,
    "Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambilah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku"
    Nabi yang besar itu yang baru saja menghadapi ratusan nabi baal, ingin mati. Lalu bagaimana respon Allah? Apakah Allah berkata "Elia, katanya pingin mati? Kok nggak mati-mati?". Tidak, Allah tidak berkata demikian. Allah juga tidak bawa-bawa iman, Allah tidak bawa-bawa ayat-ayat sebagai penenang buat Elia, Allah juga tidak menasehati Elia dengan kalimat puitis indah nan panjang, Allah tidak sedikitpun menyepelekan ketakutan Elia. Allah yang Mahatahu itu juga enggak sok tahu dan bilang "Aku tau yang kamu rasakan Elia". Tetapi Allah melayani Elia, Allah ngeladenin, nanggepin kedepresiannya itu.
Lalu apa yang harusnya kita lakukan saat kita juga hanya manusia biasa yang tidak selalu bisa memberi solusi dengan tepat? Banyak dari orang yang mengalami depresi datang kepada anda bukan untuk mencari solusi, melainkan mencari teman untuk berkeluh kesah, mencari telinga yang siap mendengar. Jadi anda tak perlu pusing untuk mencari solusi. Kepentingan dia hanyalah untuk didengar dan mencari orang yang berada dipihak dia. Jadi jika demikian janganlah anda mengeluarkan respon yang seolah menyalahkan dia dan perasaan dia. Berada dipihaknya bukan berarti membenarkan semua perasaan, perbuatan dan pemikirannya. Melainkan menghargai perasaannya.

Mungkin anda tidak pandai bicara, anda tidak pandai merangkai kalimat, anda juga tidak pandai menggunakan bahasa rohani, tetapi sebenarnya hal-hal yang perlu dilakukan hanyalah: mendengar, menemani, mendoakan. Tiga hal itu juga tidak mudah, bagi saya pun tidaklah mudah. Tapi bukan berarti tidak bisa anda lakukan. Tiga hal tersebut adalah hal-hal yang sebenarnya bisa dilakukan semua orang tanpa perlu talenta khusus, tetapi perlu untuk dilatih. Jika anda mau untuk melatihnya maka anda bisa melakukan tiga hal tersebut. 

Ingat bahwa depresi bukanlah stres, frustasi, atau ketakutan biasa, depresi adalah masalah psikis serius yang bisa tinggal dalam kurun waktu yang panjang pada jiwa seseorang. Rasanya seperti depresi itu perlahan menggerogoti kehidupan penderitanya hingga ingin mati. Maka dari itu jangan sampai respon kita justru mempersulit orang yang sudah sulit untuk menjalani kehidupan. Mari kita belajar lebih berhati-hati dalam berespon dan lebih menghargai kesulitan orang lain.



Jika bagi kita itu mudah, bukan berarti bagi orang lain itu tidak susah.
Jika bagi kita itu gampang, bukan berarti bagi orang lain itu tidak mengerikan.
Jangan mengabaikan kesulitan orang lain hanya karna anda tidak merasa itu sulit.


For further information about "depression" please check my older post "Mengenal Depresi: Penyakit yang Kekinian"

I hope you find this post helpful, see you on the next page.
Best Regards, Grace.

Comments

Popular Posts