COVID-19, Panic Buying dan Sikap Orang Percaya




Rasanya sudah hampir genap tiga bulan dunia digemparkan dengan wabah virus corona yang baru. Novel Corona Virus atau yang tenar dengan sebutan COVID-19 merupakan virus yang masih sekeluarga dengan SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus) yang mewabah di tahun 2003 dan MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) yang mewabah di tahun 2012. Coronavirus sendiri merupakan virus yang dapat menyababkan infeksi pernafasan, yang hanya berawal dari batuk-batuk biasa hingga gangguan pernafasan yang serius, dengan gejala-gejala seperti demam, batuk, kelelahan hingga kesulitan bernafas. Beberapa pasien juga mungkin mengalami gejala nyeri, pilek, sakit tenggorokan juga diare, dan ternyata belum ada vaksin dan obat antivirus untuk membasmi si COVID-19 ini. Rupanya juga belum ada pola penyebaran yang pasti karena semakin hari ada temuan kasus-kasus dengan dugaan pola penularan yang berbeda. Kabar baiknya bahwa sejauh ini si COVID-19 ga bisa menular lewat udara, seperti yang dikatakan menteri kesehatan Singapura,
  "There is no evidence currently, to suggest that the virus is airborne" begitu beliau sampaikan.

Panic Buying

Nah Senin lalu, tanggal 2 Maret 2020 Bapak Presiden Jokowi resmi mengumumkan bahwa ada 2 WNI yang sekarang dirawat di rumah sakit di Indonesia yang dinyatakan positif korona. Berita ini menggemparkan seluruh Indonesia. Warganya panik berhamburan segera pergi mencari alat pelindung diri sehingga rasa panik tadi seolah teratasi dengan menimbun barang-barang seperti masker dan handsanitizer. Seolah semua warga jadi "bersihan", padahal biasanya pulang kerja aja males mandi, cuci tangan waktu mau makan aja kaga pernah.

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan sudah terjadi di negara lain sebelumnya seperti Hongkong, Australia, Itali dan juga negara lainnya. Timbulah fenomena yang disebut panic buying. Apa sih sebenarnya panic buying itu?
"Panic buying is a situation in which many people suddenly buy as much food, fuel, etc. as they can because they are worried about something bad that may happen" (Cambridge dict).
Panic sendiri dalam kamus oxford diartikan dengan "a suddenly feeling of great fear that can not be controlled and prevents you from thinking clearly" atau "a situation in which people are made to feel very anxious or frightned, causing them to act quickly and without thinking carefully". Pada DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, kitab internasionalnya anak psikologi gitu) tidak menjelaskan secara khusus mengenai panic buying. Namun dari beberapa definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa panic buying adalah perilaku yang kurang baik. 

Artinya bahwa karena ada situasi yang menekan yang membuat mereka cemas dan takut, sehingga mereka kehilangan kontrol dan mereka tidak bisa berpikir lagi secara jernih dan hati-hati, mereka bertindak terburu-buru sehingga apa yang mereka lakukan tidak masuk akal. Dikutip dari kompas,  Neurosains menjelaskan bahwa ketika kita merasa terancam contohnya karena COVID-19, amygdala (bagian otak yang memproses rasa takut dan emosi) menjadi kelewat aktif dan berakibat pada matinya proses berpikir rasional. Orang-orang "sehat" membeli masker dengan jumlah yang tidak masuk akal, sehingga orang-orang yang beneran sakit justru ga kebagian masker. Sesuai hukum ekonomi karna permintaan banyak dan persediaan sedikit, otomatis harga jual naik, anehnya orang-orang tuh tetep beli masker yang harganya bahkan bisa sampai 10x lipat, bayangkan gimana dengan mereka yang beneran sakit tapi ga punya uang buat beli masker? Alhasil bisa saja terjadi mereka yang sehat justru make masker semua dan yang sakit ga pake masker, disini resiko penularan justru meningkat.

Sebagai manusia sebenarnya wajar banget sih, kita takut dengan wabah korona yang nggak kunjung mereda tapi justru makin meluas ini, tapi mari kita menarik nafas dan berhenti sejenak, memberi kesempatan diri kita untuk kembali mengontrol emosi dan pikiran kita sehingga tindakan yang kita ambil tetap rasional. Perlu diingat juga jika kita membiarkan diri kita dalam keadaan panik dan cemas terus menerus lama-lama kita bisa stress dan justru akan berpengaruh ke sistem imun kita.

Sikap Orang Percaya

1. Merendahkan diri dihadapan-Nya
Dihidup ini memang ada hal-hal yang diluar kontrol kita. Kita tidak tahu kapan wabah ini akan usai, sejauh apa virus ini akan berkembang, dan mungkin akan ada pola penularan-penularan yang baru. Mari kita serahkan apa yang ada diluar kontrol kita ini kepada Allah. Di tengah tekanan study anda, ditengah keruwetan pekerjaan anda, ditengah kesibukan pelayanan anda, ambil waktu untuk bertekuk lutut dihadapan-Nya. Setiap orang percaya HARUS mengambil bagian untuk merendahkan diri dihadapan Bapa.

"Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" - Yesaya 55:6 (TB)

2.  Pola hidup bersih, sehat dan teratur
Bagaimana virus itu mewabah dan berkembang memang diluar kontrol kita. Tetapi ingat menjaga hidup bersih dan sehat adalah wilayah kita. Makan teratur, tidur cukup, rajin cuci tangan adalah sesuatu yang ada dalam kontrol kita. Terkadang kita sembrono, makan tidak teratur bahkan sengaja nggak makan, tidur bisa kurang dari 5 jam, entah karna tugas atau kerjaan atau hanya sekedar begadang untuk senang-senang, tanpa sadar kita sedang menjerumuskan tubuh kita sendiri ke dalam bahaya. Biasakanlah makan 3x sehari dengan waktu yang tertata dan tidur cukup 6-8 jam, maka anda akan merasa bahwa hidup anda lebih berkualitas. Perlu juga untuk menerapkan disiplin cuci tangan. Cuci tangan setelah keluar dari kamar mandi, sebelum makan even cuma ngemil, sebelum pegang wajah, setelah pegang uang, dan yang paling penting begitu anda masuk rumah sepulang dari berpergian. Cucilah tangan dengan baik dan benar, dengan tahap mencuci yang benar, jangan asal pake sabun dan air doang. Jangan lagi cuma share-share gambar cuci tangan, tapi pelajari dan lakukanlah, bentuk itu menjadi kebiasaan anda terapkan seterusnya meski setelah wabah korona usai. Prinsipnya tetap sama:

"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" - 1 Kor 6 :19 (TB)

3. Hindari hoax
Orang percaya seharusnya tidak menyebarkan informasi yang belum sepenuhnya benar, termasuk infromasi dengan judul atau headline yang ambigu. Jangan gampang untuk menyebarkan sesuatu, tenang jaman sekarang ini semua orang udah make smartphone, dan wifi sudah ada dimana-mana, jadi berita akan sampai ke mereka sendiri tanpa perlu anda meng-capture berita lalu anda bagi-bagikan. Hindari informasi yang datangnya dari WA group dan dari portal-portal yang nggak jelas, juga dari platform berita yang kredibilitasnya kurang dapat dipercaya. Lebih baik tontonlah berita di TV anda dan pilihlah channel yang baik. Jika anda ingin mengetahui jumlah kuantitas penyebaran korona terkini silahkan kunjungi website resmi WHO disana mereka menyajikan data-data yang rapih dan up to date, dan jika dilihat data yang benar sampai sekarang, dari kasus korona yang ada mereka yang sembuh lebih banyak daripada yang meninggal dunia.

4. Percaya pada pemerintah
Pada sebelum-belumnya mungkin kita merasa bahwa seharusnya, menurut perhitungan, korona seharusnya udah masuk nih ke Indonesia, ada kecurigaan-kecurigaan seperti jangan-jangan pemerintah menutup-nutupi atau jangan-jangan ada yang udah kena tapi ga kedeteksi dan lain lain sebagainya. But we don't have any other choice, besides trust to the goverment.

"Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintahan yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah" - Rom 13:1 (TB)

Kita boleh ragu, curiga tapi tetap saja prinsipnya tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah. Untuk itu kita perlu turut mendoakan agar pemerintah bijak dalam menangani wabah ini, ditengah banyaknya bencana alam yang juga terjadi di Indonesia. Juga agar pemerintah transparan dan dapat mengkomunikasikan dengan baik agar maksut dan tujuannya tersampaikan pada masyarakat

Apa yang harus dilakukan jika saya sakit?

"If we are sick we should rest and recover at home, if you do need to go out to see the doctor for example, we should wear surgical mask to protect others, so this is when mask is needed, when we are unhealth and need to go out"  - Singapore's health minister




Hendaklah orang percaya tidak berbondong-bondong pergi ke toko swalayan untuk berburu barang tertentu dengan jumlah yang tidak masuk akal, melainkan mari bersama-sama bertekuk lutut dan berseru kepada-Nya. Tetaplah ada dalam kontrol dan menyerahkan segala yang diluar kontrol kita, kepada Allah.

Ingat, hati yang gembiara adalah obat, bukan hati yang panik.
Be wise, be healthy.
Best regards, Grace.

Comments

Post a Comment

Popular Posts