Mengenal Depresi: Penyakit yang "kekinian"



Semakin kesini, depresi semakin kerap diperbincangkan. Bukan hanya sebagai masalah perkembangan lansia, depresi juga menjadi trend penyakit yang sering dibuat gurauan dikalangan anak muda. Kalo lagi banyak tugas, putus cinta, nggak punya duit cepet banget langsung ngaku-ngaku "wah aku depresi". Eittsss, emang udah tau artinya depresi belum?  Depresi itu bukan sekedar tertekan, atau rasa sedih biasa loh. Depresi juga berbeda dengan stres. Lalu apa sih sebenarnya depresi itu?

Depresi merupakan salah satu gangguan suasana perasaan atau mood. Dalam PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) penyakit yang kerap kita kenal dengan depresi ini disebut Episode Depresif. Episode Depresif memiliki beberapa gejala yang digolongkan sebagai gejala utama dan gejala lainnya.
Gejala utama depresif adalah 3A (afek depresif, anhedonia, anergi):
  1. Afek depresif
    Afek sendiri artinya adalah perubahan perasaan, jadi afek depresif adalah peruahan perasaan yang menyebabkan depresi. Biasanya ditandai dengan perasaan yang merosot seperti muram, cenderung merasa sedih, nampak sedih (terlihat sedih oleh orang lain), perasaan tertekan.
  2. Anhedonia
    Anhedonia adalah kehilangan minat dan kegembiraan. Enggak punya keinginan, tidak ingin melakukan apapun. Hidup segan mati tak mau, rasanya seperti mayat hidup. Bahkan bisa saja hal-hal yang biasanya membuat hati senang kini tidak lagi menyenangkan. Hampa, tidak tahu hidup ini mau dibawa kemana.
  3. Anergi
    Anergi adalah berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah. Kerja sedikit aja sudah membuat lelah, biasanya juga diikuti penurunan aktivitas.
Sementara gejala lainnya adalah sebagai berikut:
  1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
  2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
  3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
  4. Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis
  5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri 
  6. Tidur terganggu
  7. Makan terganggu
Episode depresif ini dibagi menjadi 3 tingkatan:
  • Episode depresif ringan. Harus ada 2 dari 3 gejala utama diatas, ditambah 2 dari gejala lainnya.
  • Episode depresif sedang. Harus ada 2 dari 3 gejala utama diatas, ditambah 3 sampai 4 gejala lainnya.
  • Episode depresif berat. Semua 3 gejala utama depresi harus ada, ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial dan juga urusan rumah tangga.
  • Ada juga episode depresif berat dengan gejala psikotik. Untuk tingkatan ini pasien memiliki gejala depresi berat disertai dengan waham dan atau halusinasi. Psikotik sendiri adalah kondisi ketika seseorang sudah tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana yang bukan.
Diagnosis episode depresif ini bisa ditegakkan jika gejala berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu. Untuk depresi ringan dan sedang, bisa disertai dengan gejala somatik dan juga tidak. Gejala somatik itu seperti pusing, mual, sakit perut, pokoknya yang berhubungan sama fisik.

Bisa dilihat dari gejala-gejala diatas bahwa depresi merupakan gangguan mental yang serius. Bukan sekedar self claim "aku depresi" yang cuma gara-gara banyak tugas atau pekerjaan menumpuk yang terjadi pada momen itu saja. Menurut data dari World in Data (April 2018), depresi merupakan gangguan KETIGA yang paling banyak dialami oleh masyarakat dunia, setelah subtance use disorder dan anxiety disorder, maka dari itu tak heran, kalau kita sering banget denger kata depresi. Depresi ini sering dikaitkan dengan bunuh diri. Kok bisa begitu? Sebenarnya apa sih yang ada dipikiran orang-orang yang mengalami depresi? Kenapa banyak dari mereka bisa mengambil keputusan "bodoh" bunuh diri?



Pada Desember 2017, seorang penyanyi muda asal Korea Selatan yang bernama Kim Jonghyun atau lebih dikenal dengan SHINee Jonghyun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Melalui surat terakhirnya, Jonghyun mengungkap bahwa dirinya berjuang melawan depresi. SHINee bukanlah boyband yang tidak ternama atau gagal, SHINee sangat terkenal tidak hanya di Korea, bahkan sudah mendunia. Bukan hanya pamor, Jonghyun sendiri telah membuktikan bahwa talenta bernyanyinya bukan main-main, ia telah berhasil debut solo dan lagunya didengarkan banyak orang. Namun karena depresi yang dialaminya, Jonghyun justru merasa hidupnya rusak, sepi, dan sendiri. Pada 18 Desember 2017, Jonghyun ditemukan tak sadarkan diri oleh kakaknya di hotel yang ia sewa untuk beberapa malam, dia telah dilarikan ke rumah sakit terdekat dan mendapatkan CPR, namun sayangnya ia meninggal dunia.

"I am broken from inside. The depression that has been slowly eating away at me has been completely swallowed me, and I couldn't win over it. Please don't say anything you don't know. Just tell me I've done well, that this is good enough, that I've worked hard." 
- Jonghyun



Beberapa saat kemudian industri musik Korea kembali berduka, karena sekali lagi kehilangan seorang pemuda bertalenta, yang bernama Choi Jinri atau yang dikenal dengan nama panggung Sulli. Sulli ditemukan meninggal dunia dikediamannya oleh sang manager pada tanggal 14 Oktober 2019. Karena tidak ada tanda-tanda orang orang masuk ke dalam rumah, maka polisi mengungkap penyebab kematian Sulli kemungkinan besar adalah bunuh diri. Sulli memulai debutnya sebagai aktris profesional pada usia 11 tahun, kemudian pada usia 15 tahun Sulli debut sebagai idol bersama girlband yang bernama f(x). Diketahui bahwa sejak kecil Sulli mengalami sosial pobia sehingga tidak mudah baginya untuk tampil didepan banyak orang di usianya yang masih sangat belia. Beberapa tahun lalu diungkap bahwa Sulli mengalami depresi, dan sejak tahun 2014 ia vakum guna menempuh pengobatan. Bukannya didukung, Sulli justru dihujani berbagai macam hujatan oleh netizen. Kemungkinan depresinya terus memburuk dikarenakan oleh ribuan komentar jahat yang terus dilontarkan pada Sulli setiap harinya, hingga akhirnya Sulli memutuskan untuk mengakhiri hidunya.

"I was scared and couldn't see my future. Nobody listened to me, I was alone"
 - Sulli


Korea Selatan yang idunstrinya sedang melambung, dikenal dengan persaingan hidup yang ketat dan tekanan hidup yang tinggi. Banyak juga orang yang mulai mengungkap tentang sisi gelap K-pop, sehingga banyak orang yang mulai memahami dan menyetujui kejamnya industri hiburan Korea. Kesannya sudah sangat biasa jika kasus depresi dialami oleh artis maupun pelajar di Korea Selatan, dan memang benar jika Korea Selatan menduduki peringkat atas dalam kasus bunuh diri. Sebagian orang jadi lupa bahwa depresi bisa terjadi dimana saja dan tidak hanya dikarenakan persaingan akademik, pekerjaan dan ketenaran. Finlandia, memiliki ceritanya sendiri tentang kasus depresi yang dialami warganya.



"Kisah depresi di negeri yang paling bahagia di dunia" demikian BBC News  memberikan judul pada sebuah artikel tentang fenomena depresi yang terjadi di Finlandia (Oktober, 2019). Artikel ini menjelaskan bahwa di negara paling bahagiapun (versi PBB) ditemui kasus depresi dah bunuh diri yang tidak sedikit. Finlandia negara idaman banyak orang, berulang kali memuncaki daftar negara paling bahagia di dunia. Akan tetapi sudah banyak pengamat yang mengaggap citra Finlandia sebagai negri bahagia justru menutupi berbagai tantangan terkait kesehatan mental warganya, terutama muda mudi. Beberapa bahkan meyakini bahwa citra itu justru semakin membuat warga sulit mengakui dan mengenali gejala-gejala depresi dan sulit untuk mencari pertolongan. Berikut pernyataan Moberg, seorang yang didiagnosis depresi saat remaja, dan ia berjuang melawan depresi sepanjang usianya di kepala dua.

"You almost feel like you don't have the right to be depressed when you're living in a country like Finland where the living standard is so high"
 - Kirsi-Marja Moberg (34)



Mengapa saya mengungkap beberapa fenomena tersebut? Juga beserta kutipan-kutipan mereka? Supaya kita bisa mengerti bahwa depresi itu REAL, bukan penyakit sekedar "tertekan" dan berharap lewat pernyataan-pernyataan mereka kita bisa mengerti sedikit, pemikiran mereka. Dari fenomena tersebut mari kita menarik beberapa point untuk belajar bersama.

Depresi bisa terjadi dimanapun dan pada siapapun
Mungkin kita tidak heran jika mendengar banyak kasus depresi pada artis maupun pelajar di Korea Selatan, namun kenyataannya di negara yang disebut-sebut sebagai negara bahagiapun juga tidak sedikit orang-orang yang berjuang melawan depresi. Artinya depresi bisa terjadi dimanapun, pada siapapun, dan dalam situasi apapun. Depresi tidak jauh-jauh ada di Korea, depresi bisa terjadi bahkan pada orang di sekitar kita. Di negri kita sendiri pada tahun 2019 tercatat 15,6 juta penduduk Indonesia mengalami depresi. Perlu digaris bawahi juga, bahwa, tidak ada pribadi yang resisten terdahadap depresi. Tidak melulu artis, seorang psikolog, dokter, guru, tokoh agamapun juga bisa mengalami depresi. Artinya resiko bunuh diri juga bisa terjadi dimanapun dan pada siapapun tak terkecuali. Maka dari itu penting untuk mempelajari kesehatan mental supaya kita bisa mendapat pertolongan sedini mungkin.

Mengapa orang depresi bisa berpikiran "bodoh" untuk bunuh diri?
Mungkin banyak dari kalian yang berpikir bahwa bunuh diri adalah bodoh dan bertanya-tanya  mengapa artis-artis ternama yang memiliki segalanya memilih untuk bunuh diri? Apa hubungannya depresi dengan bunuh diri? Of course there is a correlation between  depression and suicide. Apa korelasinya? Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa salah satu gejala dari depresi adalah gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri. Jadi ya emang itu gejalanya gitu, orang yang mengalami depresi bisa berpikir bahwa bunuh diri merupakan salah satu jalan keluar bagi dia. Mengapa bisa? Ya karena dia sakit, dia mengalami depresi, tidak bisa berpikir jernih, dan tidak bisa berpikir seperti seharusnya. Sampai disini sudah paham? hehehe. Makannya jangan main-main sama depresi, itu penyakit serius yang mengancam jiwa. Butuh penanganan yang serius dan segera.

Budayakan MENDENGAR
Seperti yang sudah dibahas persis diatas bahwa orang yang mengalami depresi rentan untuk melakukan bunuh diri. Maka dari itu sangat penting bagaimana respon kita terhadap mereka, perlu sangat berhati-hati dalam hal pilihan kata dan kalimat dalam berespon kepada mereka, apalagi pada mereka yang sudah memiliki suicide thought.  Berikut reson tipikal orang Indonesia yang sering banget kita denger, dan saya akan menanggapi pernyataan tersebut dengan versi saya

"mungkin kamu kurang beriman". Sejak kapan iman diukur dari tingkat depresi???

"sabar", "kamu harus kuat".  Cuyyy dia udah berusaha kuat selama ini :"

"semua adalah cobaan yang ada hikmahnya". Dia udah bertahan sejauh iniii dan masih ga lihat hikmahnya sama sekali

"ayo jangan mengeluh terus". Dia enggak ngeluhhh guysss dia ceritaaaa. Kalo kalian berespon pada orang depresi seperti ini, fix, setelah itu dia ga akan cerita ke kalian lagi

"keluar rumah, lakukan hal-hal baru". Jangankan keluar rumahh, orang depresi itu mandi aja males, bisa bernafas ajaa syukurrr

belum lagi yang bawa-bawa nama Tuhan 
"mungkin kamu kurang berdoa", "kamu kurang dekat sama Tuhan". Helloww genkss, orang yang sehari berdoa 12x bukan berarti resisten terhadap depresi dan bunuh diri. Baca kitab suci sampe khatam juga ga bikin dia ga pingin bunuh diri.

Sebagai teman bertangungjawablah untuk mendengar, kalau memang menurutmu dia kurang deket sama Tuhan ya temani dia hingga dia bisa kembali dekat pada Tuhanya. Sebagai manusia kita diberikan kapasitas oleh Tuhan untuk bisa mendengar at least rekan atau kerabat kita sendiri. Jadi jangan langsung bawa-bawa Tuhan. Dan jika kita tidak berhati-hati dengan bagaimana kita merespon, bisa berakibat, dia justru tidak mau lagi datang pada kita untuk cerita, dan bahkan dia tidak lagi mau bercerita pada siapapun karena takut dengan bagaimana respon orang nanti. Makannya banyak orang depresi merasa sepi, sendiri, meskipun sebenarnya ia punya banyak teman dan kenalan. Merasa tidak ada yang mendengar dan seluruh orang di dunia ini tidak dipihaknya. Karena mungkin teman-temannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Hindari juga menasihati panjang-panjang. Orang depresi itu pikirannya udah ngga jernih jadi mau dijelasin apapun bakal mental, mereka itu butuhnya didenger bukan diceramahin apa lagi di kotbahin. Dan jika kita tidak tahu bagaimana berespon yang tepat, lebih baik kita diam. "Nobody listened to me, I was alone" ungkap Sulli. Tidak semua orang bisa merespon tetapi semua orang bisa mendengar. Jadi sediakanlah saja telinga kalian bagi mereka.

Sedangkan Jonghyun meninggalkan kata-kata demikian "Please don't say anything you don't know. Just tell me I've done well, that this is good enough, that I've worked hard." Seringkali kita sok tau dengan perasaan mereka dan berusaha merangkai kalimat manis yang kita pikir dapat memotivasi mereka, instead of that, pujilah mereka, katakan bahwa mereka telah berjuang dengan baik so far, katakan bahwa mereka hebat bahwa mereka bisa bertahan sejauh ini. Sering-sering lontarkan kalimat ini "So far, you did well" kata-kata yang lebih indah daripada nasihat panjang-panjang.

Asking for help
Biasakan membagikan kesulitan. Memang tidak semua orang dilahirkan dengan "keterbukaan", ada orang yang mudah untuk menceritakan masalah hidupnya bahkan kepada siapapun, ada orang yang sangat sulit untuk menceritakan masalahnya even kepada sahabat terdekatnya. Tidak masalah, Tuhan memang menciptakan manusia itu unik dan berbeda-beda. Tapi jangan mau menyerah dengan keadaan, mulailah belajar untuk terbuka, kepada siapapun yang membuatmu nyaman untuk bercerita. Ketika anda menceritakan masalah anda kepada orang lain, maka anda selangkah lebih sehat mental.

Kesehatan mental adalah hal yang patut untuk diperjuangkan, penting untuk memelihara kesehatan mental kita masing-masing. Maka dari itu sangat perlu untuk banyak mencari asupan pengetahuan mengenai kesehatan mental. Itu jugalah yang saya harapkan dengan membagikan tulisan ini. Bukan berarti setelah membaca tulisan ini kemudian kalian merasa kok saya letih lunglai lesu, malas beraktivitas, muram, berarti saya depresi. Itu namanya self diagnosis guys, hal itu tidak diperbolehkan. Diagnosis hanya bisa dilakukan oleh profesional, karena tidak semudah itu untuk menegakkan diagnosis, tidak hanya sekedar main cocok-cocokan hehe. Tapi dengan membagikan informasi ini saya berharap semakin banyak orang yang membuka mata. Sehingga depresi bisa teratasi sedini mungkin.

Nah, jika kalian membaca tulisan ini kemudian merasa, wah kok aku mengalami gejala-gejala itu ya, segeralah cari pertolongan, asking for help! Anda tidak bisa menyelesaikannya sendirian. Pergilah pada profesional dan ceritakanlah kondisi anda. Setidaknya carilah sahabat anda, menangislah dihadapannya, mintalah pundaknya. Depresi bukanlah suatu fase yang akan lewat begitu saja, bukan seperti ungkapan "you will be fine". Depresi adalah gangguan mental yang mengancam jiwa. Pergi untuk mencari bantuan bukan suatu kelemahan, justru itu adalah sebuah keberanian. Jangan memaksakan diri untuk bertahan sendirian, carilah pertolongan.


"Tidak ada kehidupan yang sepenuhnya baik-baik saja. Kita adalah manusia, maka jangan lupa untuk menjadi manusia."


I hope you find this post helpful, see you on the next page.
Regards, Grace

Comments

  1. Wahhhh bisa jadi refrensi tulisan saya yang berikutnya

    beruntung bisa ketemu blog ini

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts