Apa yang ada dipikiran anak psikologi setelah nonton film joker?



Ramai tentang mental health, film Joker ini berkali-kali menekankan bahwa si Joker ini mengalami mental illness ato sakit mental, tapi sayangnya si pembuat film tidak menyatakan apa penyakit yang sebenarnya dialami oleh si Joker ini. Kalau mamanya jelas, dikatakan bahwa mengalami delusi dan narcissistic personality disorder. Tapi kalau si Joker ini dia cuma dibilang bahwa dia memang punya penyakit ketawa itu, jadi ketawanya ga bisa kontrol semacam neurology disorder, kalo saya baca-baca penyakit ini disebut Pseudobulbar Affect. Nah tapi penyakit psikologisnya ga disebutin jelas, cuma digambarkan bahwa dia itu dibully, tertolak, kesepian dan butuh teman, sehingga kita yang nonton jadi harus menebak-nebak, sebenernya sakit apa sih si joker ini? Depresi? Ato bipolar? Mood swing?? 

Saya nonton film ini tanpa lihat review dan spoiler dari manapun, dan saya juga ga tau cerita komiknya si joker ini, karna saya sebenernya bukan pecinta film ginian. But saya denger-denger bahwa si joker ini mengalami depresi, makannya orang yang depresi tidak disarankan buat nonton film ini. Berbekalkan mindset bahwa Joker depresi , setelah keluar dari bioskop, saya gak paham blas dengan film ini, dimanakah depresinya? Kalau dari pemahaman teori yang telah saya pelajari selama ini, gejala-gejala yang ditunjukkan oleh Joker tidak cukup kuat untuk dikatakan sebagai depresi. 

Emang seperti apa sih depresi itu? 
  1. Mengalami afek depresi atau keadaan emosi depresi, seperti hampa, merasa tertekan hampir setiap hari. Apakah Joker begini? Bisa jadi, hidupnya memang nampak hampa dan tidak ada tujuan.
  2. Orang depresi itu kehilangan minat dalam hidupnya. Mati segan hidup tak mau. Ibarat mayat hidup gitu, ga punya keinginan apa-apa. Ini adalah gejala yang biasanya paling dominan ditunjukkan oleh orang depresi. Lah Joker? Memang beberapa kali ditunjukkan adegan yang sepertinya dia udah stres banget gitu sama hidupnya, kayak waktu adegan dia habis bunuh 3 orang dikereta terus dia kabur mengurung diri disebuah ruangan, atau ketika ibunya nyetel berita tentang Wayne yang membahas bahwa pembunuhnya adalah badut, atau adegan dia masuk ke dalam kulkas. Tapi adegan-adegan itu hanya menunjukkan reaksi stres sesaat bukan nunjukkin bahwa dia udah kehilangan minat sama hidupnya.
  3. Orang yang depresi juga energinya cepat menurun jika hanya bekerja sedikit saja, sementara Joker malah nampak  memiliki emosi yang berlebih.
Itu adalah 3 gejala utama prang depresi. Selain itu masih ada gelaja-gejala lain yang harus nampak agar seseorang bisa dikatakan mengalami depresi, seperti konsentrasi berkurang, merasa tidak berharga, pesimis, makan dan tidur terganggu. Sering kali orang depresi cenderung menyakiti dirinya sendiri hingga dapat bunuh diri, tapi Joker malah bunuh orang lain, padahal dia punya pistol dan punya banyak kesempatan untuk bunuh diri. Saya pikir dia bakal bunuh diri waktu di shownya si Murray, tapi rasanya pemikiran yang kuat yang ada di dirinya bukanlah rasa tidak ingin hidup lagi, melainkan rasa ingin balas dendam. Dengan demikian saya tidak melihat adanya gejala-gejala depresi yang cukup kuat pada diri joker.

Terus si joker ini sakit apa ya? Mari kita mengadakan diagnosis jadi-jadian berdasarkan teori yang ada.

Membicarakan mana yang delusi dan mana yang nyata dalam film ini memang sangat subjektif. Bahkan saya sendiri sebelum diskusi dengan teman saya, saya tidak paham bahwa si Joker ini mengalami delusi, hehe emang slow witted banget saya nya. Terlepas dari mana yang delusi dan mana yang nyata kita jadi punya satu data bahwa "joker mengalami delusi". Delusi ya bukan halusinasi.

Jika gejala delusi itu dialami selama satu bulan atau lebih,  mungkin Joker mengalami skizoprenia. Skizoprenia bukanlah "depresi yang parah", keduanya merupakan dua penyakit berbeda yang memilliki beberapa gejala yang berbeda. Mari kita mengumpulkan data lagi untuk melanjutkan diganosis jadi-jadian ini. 

Salah satu gejala yang cukup dominan adalah perilakunya yang unplanned, pemikirannya yang jangka pendek, cenderung tidak memikirkan sebab-akibat ketika bertindak juga perilaku-perilakunya yang tidak bertanggung jawab dan tidak memperdulikan norma dan peraturan. Saya merasa si Joker juga tidak terlalu merasa bersalah ketika pertama kali ia membunuh di kereta, ia hanya lari ketakutan dan kemudian ia malah membunuh lagi. Bahkan iya tidak merasa bersalah ketika membunuh ibunya, dan cenderung dingin. Kemudian dalam delusinya, ia melakukan rasionalisasi, ia merasa bahwa dirinya adalah pahlawan yang telah membunuh 3 penjahat. Sayangnya, data tersebut tidak cukup kuat untuk menentukan si Joker ini mengalami skizo yang tipe apa. Tapi data tersebut bisa kita gunakan buat diagnosis kepribadiannya si Joker. Sepertinya Joker mengalami gangguan kepribadian disosial, dengan gejala sebagai berikut:
  • Sikap tdk peduli dgn perasaan org lain
  • Amat tdk bertanggung jawab, tdk peduli thd norma, peraturan & kewajiban sosial
  • Tdk mampu memelihara hub berlangsung lama
  • Toleransi thd frustasi sgt rendah, ambang rendah melampiaskan agresi
  • Tdk mampu mengalami rasa salah & menarik manfaat dari pengalaman
  • Sangat cenderung menyalahkan org lain, rasionalisasi
Jadi dengan data yang ada dan dengan pengetahuan cetek yang saya punya, kemungkinan si Joker ini megnalami skizoprenia tak terinci dengan kecenderungan gangguan kepribadian dissosial.

Kenapa bukan bipolar? Gangguan afek bipolar itu sering juga disebut manik-depresif, seperti namanya, gangguan ini bentuknya ya kadang orangnya manik kadang depres, nah memang ada scene yang nunjuk in dia beredar kemana-mana dan kayak aktivitasnya tinggi gitu terus ada scene yang nunjukkin dia tidur diem dirumah kaya orang depres, tapi menurut saya lagi-lagi scene-scene itu nggak cukup signifikan buat nunjukin perubahan moodnya si Joker, so menurutku dia bukan bipolar.




Terus kenapa sih si Joker bisa sampe jadi "orang gila yang jahat", apa pernyataan "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti" bisa dibenarkan? Sebelum menulis ini, saya berdiskusi dengan teman psikologi lain, dan kami sama-sama bingung dengan pernyataan tersebut, apa coba korelasinya kalimat itu??

Memang perilaku bermasalah yang ditimbulkan oleh si Joker adalah karena masalah-masalah di masalalunya yang TIDAK DISELESAIKAN.

Pertama, ia mengalami child abuse, itu adalah titik awal cikal bakal semua permasalahan, ditambah ia tidak memiliki keluarga yang utuh, tidak ada sosok yang melindunginya ketika ia dibully. Ia dirawat oleh ibu yang mengidap mental illness, sejak kecil ibunya juga menekan dia agar selalu tersenyum, bahkan dipanggil "Happy". Setelah dewasa ia harus bekerja keras sebagai tulang punggung keluarga, ia harus merawat ibunya, sering kali omongannya tidak dipercaya, bakan kadang orang tidak mempercaya penyakit "uncontrolled laugh"nya. Ia membutuhkan pengakuan, karna ia merasa keberadaannya tidak ada, ditunjukkan pada scene yang mengatakan "semua orang ribut karena 3 orang meninggal, mungkin kalau saya yang meninggal orang hanya akan melangkahi mayat saya". Karena tidak terselesaikan satu persatu, semua permasalahan itu tertumpuk kemudian terakumulasi menjadi bom yang siap meledak kapan saja. Sepertinya bom itu meledak setelah Joker sempat meyakini bahwa Wayne adalah ayahnya, namun Wayne menolak Joker. Setelah itu scene yang di Arkham, si joker "ngerampas" rekam medis ibunya, dan memang benar ibunya delusi, rupanya peristiwa itu yang menyebabkan bomnya Joker meledak. Jadi sakit mental tidak tiba-tiba muncul begitu saja, tidak hanya karena "tersakiti" lalu orang jadi sakit mental dan kemudian bisa berkelakuan jahat seenaknya, tidak demikian.

Mungkin beberapa dari kalian merasa senasib dengan Joker dan menarik kesimpulan "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti", dan membuatnya sebagai pembenaran atas aksi jahat yang telah atau akan kalian lakukan. Helloww, kalau mau balas dendam ya balas dendam aja, nggak usah pake kedok "tersakiti" segala. Tidak ada satu halpun yang layak untuk dijadikan alasan berbuat jahat, termasuk masalalu kelam kalian. Rasa tertolak, diejek, kesepian, kepahitan, tidak bisa diselesaikan dengan balas dendam. Lihatlah, Joker sudah melakukan aksi balas dendam dan dia tetap tidak menemukan kebahagiaan yang sejati. Udah balas dendam, ga bahagia pula, untungnya dimana? Terus apa dong yang harus dilakukan kalau saya merasa hidup saya se apes Joker?? Mintalah bantuan kepada profesional, keluarlah, asking for help, jangan merasa bisa menyelesaikan masalah diri sendiri.

"Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti" apakah pernyataan ini 100% keliru? Tidak, hanya menurut saya kurang tepat, apalagi jika kalimat ini dijadikan tameng bagi para pelaku kejahatan yang berkedok tersakiti tadi. "Orang jahat mungkin adalah orang yang dulu pernah disakiti, dan ia tidak dapat menyelesaikan kesakitan di masalalunya, kemudian ia MEMILIH untuk berbuat jahat", memang sedikit lebih panjang, namun saya rasa kaliamat itu lebih tepat. Joker mengalami gangguan jiwa, tetapi ia belum putus realita, ia melakukan kejahatannya di alam kesadarannya dia. Dia MEMILIH untuk berbuat jahat.

Dan tidak semua orang skizoprenia adalah jahat. Saya telah menyelesaikan internship saya di RSJ selama sebulan dan tentunya disana saya bergaul dengan orang-orang yang dikatakan "gila" oleh orang yang merasa "normal" seperti kita. Tahukah kalian, meskipun banyak kelakuannya yang aneh-aneh, tapi disana semua pasien berlomba-lomba untuk berkelakuan baik. Kenapa? Soalnya ya kalo kelakuannya masih aneh-aneh apa lagi nakal, mereka ga bisa pulang dari situ. Mereka aja bisa ngerti lho untuk berbuat baik, masakan kita yang mengaku normal ini memilih untuk berbuat jahat?

Setelah menonton film ini saya berharap lebih banyak orang yang berpikir "kasian" kepada Joker daripada "saya serupa" dengan Joker. Saya berharap ada banyak orang yang lebih berhati-hati dengan bagaimana ia memperlakukan orang lain, saya berharap lebih banyak orang yang mau mendengarkan dari pada menjudge. Belajar lah memahami "mungkin dia punya alasan kenapa dia melakukan itu", daripada melabel "oh dia PASTI adalah orang yang..."

Selamat hari kesehatan mental sedunia! Mari berjuang untuk kesehatan mental kita masing-masing, dan peduli dengan kesehatan mental orang lain. Tuhan Yesus memberkati.





Regards, Grace.

Disclaimer: saya adalah mahasiswa psikologi biasa yang masih berjuang untuk mencari ilmu sana sini, semua ini adalah opini dan saya coba menggabungkannya dengan pengetahuan yang saya miliki, bisa jadi tidak 100% benar, saya hanya ingin berbagi ilmu, jika saya salah, tolong benahi. GBU.

Comments

Popular Posts