Surat untuk Papi




Untukmu yang meninggalkanku begitu cepat,
 
Aku merindukanmu seratus kali lebih dari yang lain, aku kehilanganmu seratus kali lebih dari mereka yang menangis begitu kencang, tapi didikan dan kasihmu selama 22 tahun, membuat kakiku berdiri tegar di depan petimu.
Aku, merindukanmu.

13 Juni 2019

Hari itu, aku berdiri tegak dan tidak menangis. Hari dimana hal yang paling kutakutkan terjadi. Aku tidak pernah takut mati. Dari 100 list ketakutanku, kehilanganmu ada pada list ter atas.

Namun kakiku tetap lurus, bahkan akupun heran darimana kekuatan itu datang. Melihat mereka yang menangis di ruang HCU itu membuatku merasa "oh, aku tidak berduka sendiri". Mungkin mereka yang membuatku sanggup berdiri hingga sekarang. 

6 Juni 2019

Pagi makan bersama, malam kritis. Tepat seminggu kemudian kau pulang. Bukan ke rumahku, tapi ke rumah Bapaku. Masuk akal kah? Mengapa kau tak berpamitan? Apakah kau takut tak ku izinkan?

Delapan hari tujuh malam. Terlalu cepat. Seolah aku layak untuk marah kepada-Nya. Aku pikir kau akan diberi hidup hingga 70 atau 80 tahun seperti di kitab itu. Namun apa ini? 55 tahun? Tidak kah terlalu muda? Bahkan kaupun masih sanggup menggendongku.


Siapkah aku sebenarnya?

Siap? Anak manja mana yang siap ditinggal papinya yang jelas-jelas sebelumnya tidak pernah sakit. Anak yang jika mengalami kesulitan, masih menangis merengek kepada papinya.
Sedih? pasti.
Kehilangan? iya.
Marah? sangat ingin.

Aku ingin mengajukan 1000 pertanyaan kepada-Nya. Mengapa? Mengapa sekarang? Mengapa begini caranya? Mengapa tidak ada kesempatan bicara? Terlalu sulitkah bagi-Mu untuk memberi kesempatan sehari saja?

Namun benarkah aku layak marah kepada-Nya?
Faktanya, Ia begitu murah hati dan terlalu murah hati. Ia begitu mengerti aku, jauh sebelum aku dibentuk Ia pasti telah memikirkanku. 22 tahun aku dipinjami ayah yang begitu istimewa. Seorang ayah yang bahkan tidak pernah mencicipi kasih sayang dari ayahnya, namun cintanya kepadaku tidak bersyarat. Bahkan ia menjadi bapak bagi sangat banyak orang.

Allah itu murah hati. Bahkan bila esok mentari tak terbit, dan bilapun laut menjadi kering, Ia tetap murah hati. Apapun yang terjadi dihidup ini tidak mengurangi kemurahan hati Allah. Karena itu bersuka citalah!

Terimakasih papi, bahkan hingga kepergianmu mengajarkanku banyak hal. Mana pernah sebelumnya aku bertekun dalam doa sekencang itu?
Grace sayang papi.

dari putrimu, yang kau banggakan.
(yang masih minta diantar jemput karena takut belajar motor wkwk)



Comments

  1. Dad will be proud to read this

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Surat yg sngat indah grace 😊
    Tetap smngat yh, GBU dear

    ReplyDelete
  4. Ijin share ya dek. Tuhanlah bapakmu kini dan selamanya.....🙏🙏

    ReplyDelete
  5. peluk...*gak nemu emoticonnya

    ReplyDelete
  6. Semangat ya nak, aku yakin ayahmu sudah mendidik kekuatanmu dengan sangat baik lewat keteladanannya

    ReplyDelete
  7. Grace, thank you for your sharing. Tuhan memberkatimu. Dik.

    ReplyDelete
  8. Grace, papimu masih hidup dlm bentuk yg berbeda, lihat sekelilingmu, diantara org2 yg dilayani mas Gun. Lihatlah org2 itu scr mendalam : disana ada spirit papimu, disana ada cinta2 yg ditanam papimu, disana ada visi besar yg papimu pegang kuat yg sdg dilanjutkan oleh mereka, disana jg ada cinta papimu yg akan berbalik pd mu.... dn yg utama Papimu ada didlm dirimu, di sorga papimu tentu selalu mengirimkan doa2 untukmu... semangat Grace, kau mutiara mungil kesayangan mas Gun. Salam utk mb Mona, Agni.

    ReplyDelete
  9. Tulus dan sangat menyentuh. Tetap semangat my niece Grace

    ReplyDelete
  10. Terimakaaih Grace, sudah menukikan kesan buat papa yg telah pergi kepada Bapanya dan bapa kita semua yg sungguh hidup kenal menjadi murid Yesus, seperti papa. Bagi yang msh dipinjamin papa dan mama, anak2 bahagiakanlah papa dan mama u semakin sungguh mencintai Tuhan melalui mereka berdua. Sebisanya ikutlah teladan mereka, seperti mengikuti teladan Kristus.
    Mengespresikan cinta anak kepada orang tua, sedini mungkin selagi hidup bersama karena di saat Tuhan panggil mereka batu menuliskan seperti Grace sama papanya, hanya orang lain yg bisa menikmati. Papa n mama yg sdh pergi selamanya, tidak pernah mendengar lagi.
    Hai anak2 tulislah surat kasih kepada papa n mama selagi mereka hidup dan disaat sdh mereka pergi, seperti Grace sama papanya saat ini.
    Grace, adakah tulisan buata papa selagi atau sama mama???. Bagikanlah apa kisahmu.
    Selagi mama msh ada bersama kalian berdua, nyatakanlah kasih dalam tindakan nyata, u nikmati mama. Selamat menikmati dan berjuang menghidupi visi papa sebagai murid Tuhan Yesus. Ajak adekmu menikmatinya juga. Terimakasih Garace. Gbu. Eg123 Teman papa dulu di pelayanan siswa.

    ReplyDelete
  11. Luar biasa Grace , thanks for sharing .

    ReplyDelete
  12. Bp Gunawan bangga memiliki anak gadis seperti kamu grace. Genapi tujuan Allah atas hidupmu grace. Papamu memandangmu dari sorga memberikan tepukan semangat untukmu. Ikutilah teladan papamu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts