I did it, I am graduated!

Sarjana Psikologi - UPH Surabaya


On 24th October 2017, I finally graduated and officially got my first title.

Sidang Yudisium

On that day when the dean of my faculty called my name, my friends said, "Mukamu bahagia banget". Yes, that day I couldn't hide my happy face. Haha, I failed to be cool.




And here the story begins...

Kenapa memilih jurusan psikologi UPH Surabaya?

Ini bukan pertanyaan promosi. Pertanyaan ini ribuan kali saya dengar mulai saat saya isi form pendaftaran sampai saat saya sudah kerja skripsi. Mulai dari guru SMA saya sampai bapak-bapak supir uber melontarkan pertanyaan ini. Awalnya saya kesal sih ditanyain mulu, seakan pilihan saya salah dan tidak wajar gitu. Saya dulu bersekolah di SMA N 3 Surakarta, yang kata orang sih merupakan salah satu sekolah favorit di kota Solo dan ga sembarang orang bisa masuk. Ketentuan saat itu 100% siswa dari sekolah manapun dan sekolah terakreditasi apapun berhak mendaftar SNMPTN (jalur undangan/bebas tes) Artinya? Saya boleh daftar, dan sekolah saya cukup bersar kemungkinannya untuk diterima melalui jalur SNMPTN. Namun saya memilih untuk menandatangani pertanyaan bermeterai bahwa saya tidak mendaftar SNMPTN. 
Alasan: 
1. Saya ga minat
2. Kalo ketrima SNMPTN harus diambil (PD banget bakal ketrima)
3. Kenapa ga coba-coba aja? Kuliah kok coba-coba.
4. Kalau ketrima tapi ga diambil? a) sekolah saya akan di blacklist dan akan berpengaruh pada adik-adik kelas saya. b) menghilangkan 1 kursi yang padahal bisa dipake orang lain, alias menghiangkan kesempatan orang.
Saya sempat post di instagram tentang pernyataan tersebut, bahkan ada yang komen "Ga nyesel? coba pikirin lagi" (sudah saya hapus sih fotonya, jadi jangan dicari haha). Jadi karena saya bersekolah di sekolah negeri jadi suasananya semua siswa disana berlomba-lomba untuk masuk di univ negri, bahkan saat itu saya dianggap berbeda oleh guru dan teman-teman saya. Jadi untuk berkuliah di UPH Surabaya ini memang pilihan pertama dan saya tidak pernah mendaftar di universitas manapun sebelumnya.

Then, why psychology? hmm I'll make it simple. I want to help my self first, then I will help the others.

Jadi yang saya mau berbagi adalah ada kalanya orang memandang pilihan kita itu tidak wajar dan mungkin salah. Tapi bagi saya setiap orang pasti memiliki alasan, they have their own reason for their decision, so don't judge them if you don't know how they struggle. Buktinya saya sudah lulus dengan selamat guys hehehe. Harus yakin dengan pilihan kita jika memang kita punya alasan jelas, dengarkan orang-orang yang berotoritas pada hidup kita (ortu, kakak rohani) dan yang memiliki peran pada hidup kita (sahabat yang bener-bener deket), jangan dengerin omongan orang-orang yang kurang penting hehehe, tar ga jadi melangkah-melangkah kitanya. Daripada mikirin omongan orang, lebih baik kita buktikan bahwa apa yang mereka omongin dan mereka pikirin itu ga bener, caranya gimana? Ya berjuang dengan apa yang sudah kita pilih. Dari sekian banyak guru hanya 1 guru yang langsung berespon baik terhadap pilihan saya, beliau merupakan guru bahasa inggris, beliau mengatakan bahwa "Grace ini akan sukses dengan jalannya sendiri". Saya kagum dan mengingat perkataan beliau hingga sekarang.

Melangkahlah dengan pasti, atau tidak sama sekali.


Welcoming by Faculty 2014 - Team Roger

First day of classes -  25 August 2014

Kuliah ekspres 3 tahun

Enak ya udah lulus, kok cepet banget?

Ketika yang lain libur 2 bulan, saya libur 2 minggu, ketika yang lain masuk semester baru, saya udah UTS, ketika yang lain masih enak-enak kuliah, saya udah harus mikir judul skripsi, ketika yang lain liburan, saya magang, ketika yang lain magangnya rame-rame, dikampus saya ini magangnya individu pake penelitian plus sidang pula, bak skripsi 2x. Ketika yang lain tidur, saya kerja skripsi, ketika yang lain udah liburan lagi, saya masih kerja revisi. Begitulah kalau saya boleh berbagi cerita selama 3 tahun terakhir yang sangatlah produktif ini. Saya ini orangnya hobi tidur sampai-sampai ortu saya khawatir karena waktu mendekati hari-hari sidang saya malah tidur terus. Saya ini orangnya ga mau rumit, kalo bisa yang simple kenapa cari yang rumit (kalau teman saya kumpul paper 10 lembar, saya hanya kumpul 3 lembar, sangking simplenya, nilai-nilai saya juga jelek kalo pas dapet dosen yang suka jawaban panjang-panjang, karena jawaban saya singkat padat dan kadang ngawur). Saya orangnya ga suka tantangan, mending leha-leha dikasur. 

Tapi dari serangkaian perjalanan yang tak mudah tersebut, saya dapat melihat anugerah dan penyertaan Tuhan. Manusia yang modelnya kaya saya ini Tuhan mampukan untuk berjuang sendirian merantau jauh ke Surabaya, ya ga jauh-jauh amat sebenernya, masih di Indonesia juga hahaha. Saya anak manja yang kemana-mana selalu diantar mami, merantau jauh ke Surabaya yang panash ituh, dan gabisa setir motor ataupun mobil. Dulu belum ada uber, grab, gojek, naik taksi mahal, mau gak mau harus naik angkot. Saya dipaksa belajar untuk hidup sendiri, namun dalam perjalanan tersebut, Tuhan sangat baik, Ia menyediakan orang-orang baik disekeliling saya, ada saja bala bantuan disaat saya membutuhkan. Ada kalanya Tuhan izinkan saya berjuang sendiri, ada kalanya Tuhan kirimkan orang lain untuk memberi bantuan, yang jelas apapun yang saya kerjakan masih dalam batas kemampuan saya, dan Tuhan tahu sampai mana saya mampu berjuang.







Hidup segan mati tak mau

Saya mengambil KP (Kerja Praktek) saat libur natal, saya KP di sebuah perusahaan di Solo. Dua hari terakhir saya KP, saya ditugaskan ke Semarang. Dua hari itu saya PP Solo-Semarang. Meski diantar jemput mobil kantor tapi saya harus berangkat jam 5 pagi dan sampe rumah jam 9 malam. Capek rek :( Hari terakhir KP setelah dari Semarang jam 2 pagi saya langsung naik kereta ke Surabaya karena besoknya ada kuliah jam 10 pagi. Lalu kapan saya libur? Kapan hayooo, tapi kok foto-fotonya liburan terus ya kak? Hahaha.

Sampai di titik saya harus kerja laporan magang, kalo dikampus saya disebut KP. Saya dapat dosen pembimbing yang tidak mudah saat itu. Apapun yang saya lakukan salah, tapi ga dikasi tahu gimana benernya, suruh usaha sendiri, saya tidak merasa dibimbing. Tiap mau bimbingan saya takut banget, malemnya pasti ga bisa tidur, mau masuk ruang dosen takutnya setengah mati, sangking takutnya saya selalu minta salah satu teman untuk temani saya, meski dia di luar ruang dosen, tapi setidaknya saya merasa ada yang menemani, karena kalo bimbingan itu rasanya udah kayak sidang. Sungguh saat itu sempat terbesit dalam pikiran saya, "Mau beli tiket pulang solo dan ga akan beli tiket kembali ke Sby untuk selama-lamanya" benar-benar saya ingin berhenti kuliah. Ini adalah fase tersulit di masa perkuliahan saya. Saya mulai mengerti kenapa banyak orang berhenti kuliah di semester-semester tua. Because this's not that easy. Rasanya sudah bukan lagi muak, tapi sudah enggan :) Toh saya ga punya gelar juga ga bakal mati, toh saya ga bakal diusir dari rumah, gitu pikir saya. Tapi untungnya nyali saya tidak cukup besar untuk "lari dari kenyataan". Saya tidak bisa terlalu banyak cerita ke teman-teman saya, hanya satu dua orang yang tahu keadaan saya saat itu, karena saat pembagian dosen pembimbing beberapa teman menertawakan saya karena dapat dospem tersebut, hal itu membuat saya enggan untuk bercerita.

Yak 1:12
"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia"

1 Pet 1:5-6
"5. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keslamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 6. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan."

Mzm 5:13
"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugrah-Mu seperti perisai."

Itu adalah beberapa ayat yang merupakan janji Tuhan yang digenapi selama perjalanan KP ini. Singkat cerita saya lulus sidang KP dan pembimbing saya belain saya waktu sidang, yeay! Perjalanan KP ini merupakan perjalanan yang penting bagi saya, why?
1. Melalui KP ini saya belajar bergantung pada Tuhan sepenuhnya, why? Karena ga ada orang lain yang bisa bantu saya, selain diri saya sendiri. Ortu saya sangat mendukung saya, saya selalu cerita ke mereka, dan mereka memberi dukungan bahkan arahan secara akademik, namun apa berarti saya bisa lepas dari tekanan dospem saya? Apakah ortu saya akan datang ke kampus untuk meminta pertanggungjawaban, "Saya sudah bayar mahal mengapa anak saya diperlakukan seperti ini?". Saya sadar saya bukan anak TK yang kalo ada apa-apa ortunya bisa langsung menghadap ke kepala sekolah. Lalu apa yang bisa mengubah keadaan? Doa. Tapi bagaimana kalau keadaan tidak berubah? Sikap kita yang harus berubah, untuk menerima kenyataan dan mau untuk berjalan bersama kesukaran tersebut. Jadi, saya harus berjuang menghadapinya bukan lari. 
2. Perjalan KP ini membentuk karakter saya, dimana ditahap selanjutnya nanti saya dapat melihat lagi bahwa God made everything with a right purpose.
3. Saya menikmati komunikasi 2 arah saya dengan Allah, tidak hanya saya yang melulu meminta dan berkeluh, tapi saya bisa mendengar apa yang Tuhan nyatakan kepada saya, dan itu menyegarkan.

Tapi sungguhlah saya tak ingin mengulang perjalanan KP ini hahaha.

Sidang KP - 26 April 2017

10 weeks of Mission Impossible

10 minggu skripsi kualitatif. Sekarat :) Bahkan dospem 2 saya bilang kalau ini adalah mission impossible. Tapi bisa-bisanya saya sempat tamatkan game burger di hp padahal seumur hidup saya belum pernah tamatin game. Saat briefing skripsi dan dosen pembimbing diumumkan, pengajuan dosen saya di tolak dua-duanya. Saya dapat dosen yang tidak sesuai dengan keinginan saya (lagi). Jadi dospem saya itu 2, dan ketolak semua. Aduh rek, hidup ini memang tak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. 

Sedih sih di awal, tapi ditengah kesedihan saya itu ternyata Tuhan sudah menyiapkan sesuatu yang tidak saya ketahui. Saya sangat bersyukur dospem 1 saya adalah dosen yang baik dan pintar. Tapi karena pintar, tuntutanya tinggi bro. Saya ini ngapain aja dulu waktu kuliah metodologi kualitatif, tidur be e ya. Ngga ngerti apa-apa saya. Bikin tabel analisis ide tema aja kaga ngarti. Sampai suatu waktu dospem 1 saya yang baik hati itu bilang "Minggu depan penentuan kamu bisa selesai smt ini atau harus lanjut smt depan" dungtrak dungjress. Eh bisa-bisanya saya masih tetep main game baru di hp. Sangkingnya uda bingung dan kaga paham apa yang dimau dosen. Saya setiap hari hanya bisa berkata, "Mungkinkah semua ini?". Saat hari penentuan itu deg-degannya udah kaya mau sidang, dalam pikiran saya, "Saya sudah kerjakan sengerti saya, it's ok kalo saya harus lanjut semester depan, itu bukan karena saya malas, bukan karena dosennya benci saya, tapi karena pemahaman saya belum sampai situ, belum layak sidang", hari itu apapun keputusannya, saya siap, dan saya akan tetap kerjakan dan perjuangkan skripsi saya. Tapi puji Tuhan, apa yang saya kerjakan sudah benar dan boleh lanjut semester ini. 

Dilanjutkan menulis uraian. Saya ga tau harus bagaimana mengawinkan antara teori dan hasil wawancara subjek, alhasil saya sudah kerja 40 halaman dan salah. Ulang dari awal. Kalau di pom bensin, "dimulai dari nol ya kak", iya saya mulai dari nol pembahasan saya :( Mulai dari kertas kosong lagi. Saya kerjakan itu dalam waktu 3 hari karena dospem saya uda mau pergi ke luar negri. Ga tidur lagi dech. Selama 3 minggu sebelum deadline tiap hari saya tidur pk 6.30 pagi dan bangun pk 13.00, mandi, makan, leha-leha, jam 16.00-6.30 pagi saya di depan laptop terus. Kecuali hari minggu karena ke greja. Why so serious? Ya kalo skripsi main-main nanti hasilnya main-main juga gimana hayooooo.

Saya mau meluruskan pemikiran-pemikiran yang sedikit melenceng. Untuk apa skripsi serius-serius toh akhirnya cuma dipajang di perpus? Toh setelah sekian puluh tahun kemudian nanti akan dimusnahkan? Hmm tidakkah kita bangga kalau punya sebuah hasil karya yang baik yang setidaknya bisa dibaca banyak orang, dan syukur-syukur bisa bermanfaat, dan menurut saya apa yang kita tulis itu menunjukkan siapa kita. Kalau tulisan kita asal-asalan ya bisa dilihat orangnya bagaimana. Selain itu tanggung jawab kita sebagai mahasiswa adalah memberikan yang terbaik terutama dalam study. Memberikan yang terbaik bukan berarti harus dapat nilai A, memberikan yang terbaik berarti mengusahakan hingga titik darah penghabisan. Berapapun nilainya, pasti tetap kelihatan mana yang mengerjakannya asal dan mana yang sungguh-sungguh. Nilai hanyalah bonus.

Akhirnya saya berhasil dapat ttd form kelayakan sidang. Saya maju sidang. Namun, setelah hampir 1 bulan digantung jadwal sidang dan dosen penguji, akhirnya jadwal horor itu keluar juga, dan ternyata benar-benar horor. Dosen pengujinya itu loh... Namun mari kita dengarkan apa yang Tuhan katakan melalui waktu pribadi saya.

Jadwal sidang saya adalah 8 September 2017. From 3th September God has talked to me clearly, and He lead me until the day.

3 Sept 2017 - Yesaya 40:31
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah"

4 Sept 2017 - Yesaya 41: 10, 13
"10. jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, jangan bimbang sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."
"13. Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau"

5 Sept 2017 - Yesaya 43: 2
"Apabila engkau menyebrang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau"

6 Sept 2017 - Yesaya 45: 13a
"Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akaan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku..."

7 Sept - Yesaya 48:18
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti"

Dipersidangan, benar benar seperti sidang. Disitu seperti ada tersangka (saya), jaksa penuntut umum (penguji), dan pengacara (dospem). Hahaha lucukan sepertinya, tapi di dalam ruang sidang ga lucu loh, meski banyak tertawa, tapi saya di tanyai pertanyaan-pertanyaan yang cukup mengesalkan, but I should say thank you to my dospem yang membela saya dengan sangat. Dari situ saya melihat bahwa Tuhan benar-benar memberikan penyertaan seperti yang sudah Tuhan nyatakan dengan intens saat hari-hari sebelum sidang.

Detik-detik sebelum sidang skripsi

Ekspresi setelah keluar ruang sidang


Melalui 10 minggu skripsi ini saya banyak belajar. Saya merasa selama 3 tahun saya hanya menghafal teori, emmang kuliah S1 psikologi 75% teori doang. Namun selama skripsi saya banyak belajar tentang hal baru. Baik cara menganalisis maupun skill dalam menulis. Skripsi saya benar-benar berangkat dari nol. Kalau saya lihat lagi kebelakang, saya terlalu berani mengambil resiko skripsi kualitatif dalam waktu 10 minggu dengan subjek di luar kota. Kalau saya nilai skill saya saat awal menulis skripsi ini adalah 0. Justru selama 10 minggu inilah saya melihat perkembangan diri saya yang sangat signifikan. Meski skripsi saya bukanlah yang paling baik di kelas, namun dalam proses penulisan tersebut saya belajar sangat banyak. Tuhan berikan dosen kualitatif yang pintar sehingga saya dapat belajar akar penulisan kualitatif dan bagaimana logika berpikirnnya. Ada masa-masa dimana saya tidak tahu harus apa lagi, saya merasa otak saya udah ga nyampe, hal ini terlalu sulit bagi saya. Ketika seperti itu saya hanya bisa bergantung pada Tuhan. Ketika saya ngomel masalah skripsi mami saya berkata "Ya begitulah skripsi" benar juga, ada banyak orang yang lebih susah, toh jutaan orang juga sudah bisa melaluinya.

Kualitatif vs kuantitatif, mana yang lebih baik?

KP saya kuantitatif, sedangkan skripsi saya kualitatif. Keduanya baik. Disini saya tidak akan menjelekkan metode lain, tapi saya akan sedikit share mengenai penulisan kualitatif. Saya tidak tahu banyak dan saya tidak mau sok tahu. Saya akan bercerita atas dasar pengalaman saya, dan tentunya dibidang psikologi. Penulisan kualitatif membutuhkan skill khusus dalam penulisan dan bahasa, juga dibutuhkan pengetahuan yang luas akan teori. Jangan lupa, bahwa kalian akan bertemu yang namanya verbatim. Oh hi! wkwk. Tentunya skripsi kalian akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan teman-teman yang menggunakan metode lain. Dibutuhkan kemampuan analisis tiap kalimat yang kuat dan kemampuan memahami penghayatan subjek dengan teori. Perlu diketahui kedudukan teori dalam metode kualitatif berbeda dengan metode yang lain, khususnya kuantitatif, sangat berbeda, membutuhkan logika berpikir yang berbeda pula, untuk itu bagi kalian yang tertarik untuk mengambil skripsi kualitatif, saya sarankan untuk banyak membaca buku dan juga membaca melalui mr. google tentang kualitatif, juga banyak-banyaklah membaca skripsi kualitatif! Itu sangat membantu. Juga sangat diperlukan banyak-banyak bimbingan, karena kalian ga akan bisa jalan seenaknya sendiri setelah ambil data. Tapi jangan takut, karena awalnya saya juga tidak tahu apa-apa. Selain itu pastinya juga diperlukan modal kertas yang lebih banyak hehehe. 

Berikut saya akan menjawab beberapa pertanyaan random yang sering saya dengar.
1. Jadi apakah skripsi kualitatif lebih sulit? Tidak juga. Semua ada tantangannya masing-masing.
2. Lalu bagaimana cara memilih metode penelitian? Sesuaikan dengan topik yang anda akan ambil. 
3. Apakah PIO selalu kuantitatif dan klinis selalu kualitatif? Tidak, tergantung tujuan penelitian anda.
4. Kapan saya menggunakan kuantitatif? Ketika kalian ingin melihat ada atau tidaknya suatu fenomena pada populasi tertentu, ada tidaknya hubungan, seberapa besar pengaruhnya.
5. Kapan saya menggunakan kualitatif? Ketika kalian ingin mengetahui makna dari sebuah kasus yang tidak bisa dideskripsikan dengan angka.
6. Apakah skripsi kualitatif asik? Yes!
7. Apa yang saya dapat dari skripsi kualitatif? Pengalaman dekat dan berinteraksi langsung dengan subjek dalam kurun waktu tertentu, kemampuan memahami penghayatan subjek melalui teori, kemampuan menulis yang lebih.


God made it with a purpose

Pengalaman KP membuat saya banyak bersyukur. KP, secara academic bukanlah hal yang susah bagi saya, namun Tuhan izinkan mendapat dosen yang sulit diawal. Skripsi, tuntutan akademiknya sangat tinggi, namun dosen saya pintar udah gitu sangat mendukung, tidak pernah menjatuhkan saya, penyampaiannya sangat baik, memberikan arahan yang jelas. Karena demikian saya merasa bahwa tuntutan akademik itu menjadi tidak terlalu berat ketika dosepem saya selalu membimbing saya dengan kata-kata yang membangun. Saat KP saya sendirian, saya merasa jika saya bercerita ke teman-teman saya, respon mereka tidak akan baik, jadi saya tahu seberapa taftnya saya bekerja sendiri dibawah tekanan, namun saat skripsi Tuhan menyiapkan 2 teman yang selalu bersama-sama dengan saya, karena kedua dospem kami sama, penelitian kami mirip, dan sama-sama kualitatif, jadi kami banyak bertukar pikiran, untuk Frenzo dan Zevania terimakasih ya. Secara tidak langsung, dengan pengalaman KP saya membuat saya merasa lebih mudah menjalani perjalanan skripsi.

Bagaimana? Apakah masih bisa bilang "Enak ya Grace udah lulus, I'm envy with you" wkwk, I understand why many people say like that. Tapi perjalanan yang saya lewati juga ga lurus begitu saja, ga selalu ketawa-ketawa seperti di snapgram saya, ga selalu jalan-jalan seperti foto di instagram saya dan hmm ga perlu envy ya aku pikir, karena saya tidak sedang melompati satu fase dan tiba-tiba 3 tahun dapet gelar sarjana, saya melewati semua fasenya kok. Ada yang harus dikorbankan, seperti hanya liburan 2 minggu ketika yang lain libur 2 bulan. Ketika yang lain dulu snapchatnya lagi liburan, saya lagi pusing di kampus lohh hehehe. Kalo orang bilang time flies so fast, tapi menurut saya sih time flies so fair. Semua ada waktunya, dan inilah jalan saya, rel yang paling tepat untuk saya, setiap orang punya relnya masing-masing, jangan mengingini relnya orang lain, karena itu tidak sesuai untuk kereta anda, kereta anda tidak akan bisa melaluinya, anda tidak akan sampai di destinasi anda dengan selamat, karena anda di desain hanya untuk melewati rel anda sendiri. Jadi berjuanglah melewati rel yang telah disiapkan untuk kereta anda.

Buat teman-temanku para pejuang skripsi dimanapun kalian, setialah dalam kesukaran, skripsi itu sangat mungkin untuk dilalui, jangan lari, selesaikanlah. Saya mengerti bagaimana rasa malas itu, saya gak asal ngomong, saya juga sudah merasakannya, saya ini ratunya malas, namun skripsi ini juga tentang bagaimana kita berperang dengan rasa malas yang ada di diri kita. Orang lain bisa mendukung, namun keputusan tetap ada di kita, hari ini setelah saya membuka mata saya akan kerjakan skripsi atau tidak. Buat teman-teman lain yang udah terlanjur molor skripsinya, dengan alasan apapun, berhentilah menyesali kemoloran itu. Mulai sekarang bangkit dan kerjakanlah, karena skripsi akan selesai jika dikerjakan. Jiayou!




Oh happy day!


Sejujurnya, kehadiran kalian lebih membuatku bahagia daripada sekedar dinyatakan lulus dengan nilai baik, so thanks for coming genks! I am so happy.

Begitulah pengalaman ekspres kuliah 3 tahun saya. Disamping itu saya juga mengalami drama-drama pertemanan, kres sana sini. Kerja kelompok tapi kerja sendiri hahaha. Ngulang UAS udah pernah, diphp subjek udah pernah, stay dikampus sampe jam 00.00 udah pernah, lengkap dah. Juga sibuk-sibuknya kepanitiaan dikala banyak tugas, libur yang cuma 2 minggu kepotong sama kepanitiaan pula. Namun sebenci-bencinya kalian sama dosen kalian, sama temen kalian, sama kampus kalian, sama tugas, sama skripsi, pasti akan tetap rindu dengan masa kuliah. Meski kalian bilang ga bakal rindu, tapi percayalah kalian akan tetap rindu kok, bahkan sama tugas kelompok aja bisa rindu hehehe. Oh ya untuk yang bertanya saya kok bisa kuliah S1 3 tahun? Ini sudah program dari seluruh UPH di Indonesia. Namun untuk menaati peraturan pemerintah yang sekarang program ini sudah ditiadakan dan sudah diganti menjadi 3.5 tahun (seenggaknya lebih manusiawi). Bagi yang bertanya kenapa Grace wisudanya lama banget? karena mahasiswanya sedikit jadi wisuda hanya dilakukan 1x setahun. But it doesn't matter guys, because I've got my title officially. Kuliah saya benar-benar saya jalani selama 3 tahun sesuai yang dijanjikan oleh UPH diawal. Saya ingat betul mulai ospek tgl 18 Agustus 2014, sedangkan deadline pengumpulan berkas sidang skripsi saya tanggal 11 Agustus 2017, sidang skripsi tanggal 8 September 2017 dan sidang Yudisium tanggal 24 Oktober 2017.

Berikut merupakan satu-satunya foto yang lengkap fullteam dari sekian banyak foto:

Batch 2014, thanks for the memory!

Ucapan Terimakasih

First, I would like to thank my parents and brother for the biggest support I've ever had, without them, I wouldn't be able to be there. I know they prey for me everyday. Second, thank you for cece2 and kakak2 kos B5 who greet me everyday, and made me feel "oh, I have family here". My sister in Christ, Kak Eka, thank you. My high school friend from Solo, Monica Synthia thank you sudah menjadi kosan kedua ku, and thank you juga kepada Ce Giovanni Angelia dan Ce Priskila Angelina yang sudah sering memberikan tumpangan di masa-masa adptasiku, and absolutely big thanks to Crista, Frenzo, Wahyudi, Joy, Sefrani, thank you for stay until the last. 

Congratulation, you are awesome guys!



⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘




That's true what people said, only memory will stay everlasting


Hope you find this post helpful.
All the words are written with love,
Regards, Grace.

Comments

Popular Posts